"Curahan Hati Mamang Angkot" untuk Wali Kota Bandung


Kepadatan Kota Bandung yang nyaris sudah mirip dengan Kota Jakarta, Malam ini aku pulang kerja dengan mengunakan angkutan umum alias Angkot. Kantorku di daerah Sukajadi, kalau orang Bandung pasti tahu deh gimana kondisi jalan di daerah atas itu di tambah lagi hari itu adalah Sabtu Malam, makinlah padat jalanan Kota Bandung.

Malam itu aku merasa naik mobil pribadi, karena di dalam angkot hanya ada aku dan dia (Dia adalah Mamang Angkot), Aku duduk tepat di belakang Mamang angkot. Karena kemacetan dan keheningan aku coba membuka obrolan ringan kepada Mamang Angkot (Mamang sama dengan Mas).

Sebenernya aku pengen ceritain ke Kang Emil sih, tapi gak apa-apa deh warga Bandung atau warga Kota manapun boleh ikut baca kok, tapi kalau ada yang lagi bareng Kang Emil tolong bilangin yah . .

Aku mulai yah ceritanya . .

“Pak, Kalo angkot sekitaran sini sampai jam berapa operasionalnya?”Aku memulai obrolan kepada Mamang Angkot.

“Kalau disini mah neng (Neng Sama dengan Dek) ada terus angkotnya!”Itu kata Mamang Angkot.
“Oh. . . berarti 24 jam dong mang? Aman berarti kalau pulang malam pakai angkot yah?”Aku mencoba memperpanjang obrolan kita.

“Iya neng, tapi gak banyak kalau malam, paling cuma ada beberapa aja. Soalnya sekarang mah supirnya pada males narik sampai malem neng”

“Kenapa Males Mang?”

“Soalnya sekarang mah neng, penumpang pada banyak pakai Online di banding angkot. Jadi Kita harus lebih berusaha lagi kalau narik, jadi supir angkot teh pada hoream (Hoream = Males)”.

“Oh gitu yah mang,waktu dulu ikutan gak mang pas ada demo angkot sama taxi tentang Online?”Aku sedikit menyinggung masa lalu.

“Saya mah gak ikutan neng, lagian gimanapun usaha kita sebagai supir angkot mah gak akan di denger atuh neng”

“Tapi kan mang kalau gak salah pemerintah juga udah menyuruh kita sebagai Rakyat yang baik untuk membiasakan menggunakan angkutan umum, agar mengurangi kemacetan”Agak ragu sih aku ngomong ini.

“Tetep aja neng, orang-orang mah bakal milih bayar Rp.10.000 di banding naik angkot yang masih bisa bayar Rp. 3.000”

Dari sini aku hanya mendengarkan dengan sesekali mengiyakan sambil menganggukan kepala, sebagai tanda aku masih merespond mamang angkot.

“Bandung teh emang harus maju, saya mah setuju itu, tapi atuh liat juga kita sebagai kaum bawah. Saya mah kasian kalau liat Supir Taxi konvensional, hanya bisa main catur di pangkalannya, karena gak ada penumpang dan harus setoran Rp.500.000. Sedangkan kita mah mending Cuma kisaran Rp. 70.000, tapi kalau sepi penumpang mah repot setoran segitu juga neng”

“Banyak teman saya yang di ceraikan isterinya gara-gara gak bisa menunjang kebutuhan ekonomi keluarga. Salah satu faktornya itu penumpang yang menurun semenjak ada Online. Walaupun saya juga sadar rezeky mah udah di atur gusti yah neng, tapi atuh pak wali kota teh tengok kita juga sebagai supir angkot. Supir Online mah enak neng, hari biasa kerja di kantornya, pas sabtu – minggunya narik dan bisa bayar setoran motor atau mobilnya. Sedangkan kita setiap harinya Cuma supir angkot”

Sekarang aku di dalam angkot sudah di temani penumpang lain yang baru saja naik dan aku tetap asyik mendengarkan curhatan mamang angkot.

“Kemajuan kota Bandung teh kita (supir angkot) belum ngerasain neng, dulu teh katanya Wali Kota mau memajukan supir angkot, tapi nyatanya sekarang malah ada Online. Saya pribadi sebagai rakyat bawah mah Cuma bisa nonton aja neng, gak bisa bertindak banyak, yang penting anak dan istri bisa makan juga udah cukup saya mah, tapi mudah-mudahan aja kalau emang pak Wali Kota Bandung mau maju lagi, kita sebagai supir angkot bisa di tengok sama beliau. Biar rakyatnya sama-sama merdeka yah neng”.

Sebenernya masih panjang curahan mamang angkotnya, selebihnya tidak bisa aku tuliskan, karena di takutkan ada pihak-pihak tersinggung. Jadi intinya beliau mencurahkan unek-uneknya tentang Online dan ingin pendapatnya di dengar.

Kita sebagai manusia bebas berpendapatkan?
Jadi biarkanlah mamang angkot ini mengutarakan pendapatnya.

Kang Emil, itu ada warganya yang curhat tentang Bandung, tengok mereka dong. Mereka juga pengen di tengok bapak wali kota katanya. Mudah-mudahan tulisan ini bisa sampai ke Kang Emil yah. .

Mohon maaf apabila ada kalimat yang tidak berkenan, tapi ini hanya menyampaikan curahan si mamang angkot. Aseli!!

Hatur Nuhun!!
Bandung Juara !!!


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sekilas Perjalanan Pendidikan Dasar Wanadri

Materi Psikologi Sosial MOTIF

TAHUN PERTAMA KAMI SEBAGAI ANGKATAN TOPAN RIMBA & PUSPA RAWA (DIES #1)