Restu Orang Tua sebagai bekal menuju Pendidikan Dasar Wanadri 2014
Seorang gadis yang katanya
memiliki hobi hikking atau kalau sebutan untuk zaman sekarang itu namanya
pecinta alam.belum tentu.
Setahu saya pecinta alam itu
harus bisa menjaga kelestarian alam tanpa merusaknya dan bukan hanya bisa
menikmati keindahannya saja tapi juga menjaganya. Berawal dari hobby itu
sepertinya saya semakin tertarik untuk mendalami hobby saya yg satu ini.
Kenapa?? Karena sebenarnya saya juga mempunyai rencana melanjutkan study S2
saya dengan mengambil jurusan yang berkaitan dengan lingkungan.Sambil menikmati
masa-masa perkuliahan saya di jenjang S1,sedikitnya saya mencoba mengawali
langkah menuju impian saya itu dengan berperan aktif di kegiatan yang berkaitan
dengan lingkungan.Setidaknya satu alur dengan mimpi saya.
Bukan hanya aktif menjadi
aktivitis lingkungan sayapun mencoba menikmati kaindahan alam layaknya Mapala
yang sekarang memang tengah menjamur. Menurut kabar terkini itu dampak dari
sebuah film layar lebar yang mengusung cerita tentang sebuah pendakian dan
persahabatan.Memang cukup berhasil menarik perhatian.
Menikmati keindahan alam
dengan berusaha tidak merusaknya saya mulai mencoba mendaki gunung-gunung di
sekitaran jawa barat. Dulu SMA saya memang suka sekali berkegiatan di alam
bebas, tapi belum sempat saya melakukan pendakian ke gunung-gunung tinggi. Awal
kuliah saya mencoba kembali aktif berkegiatan di alam. Mencoba melatih fisik
dengan mendaki gunung papandayan yang treknya memang cocok untuk pemula seperti
saya pada saat itu. Cukup melatih fisik dan memberi saya banyak pelajaran pada
saat pendakian itu.
Semenjak saat itu saya
semakin tertarik dengan pesona-pesona keindahan puncak gunung yang tak mudah
untuk kita menikmatinya. Pendakian masih terus berlanjut saya mencoba
menjejakan kaki di beberapa puncak gunung yang ada di Jawa Barat. Kuantitas
gunung memang bukan hal pertama yang ingin saya tuju.Tapi seberapa jauh dan
kuatkah kaki saya untuk terus menjelajahi puncak-puncak gunung itu.Bagi saya
puncak adalah sebuah bonus,karena keselamatanlah yang utama bagi saya.
Tertarik untuk bisa bergabung
di MAPALA yang ada di kampus,tapi apa daya tuhan belum mengijinkan saya untuk
bisa berkumpul dan menjadi seorang Mapala. Dengan kata lain tuhan masih punya
rencana lain yang tentunya lebih baik dan indah untuk saya.Thank's God.
Dengan sedikit berat hati
saya melupakan niat saya untuk menjadi anggota Mapala di kampus, tanpa
melupakan mimpi saya. Saya mencoba mencoba jalan lain dengan mengikuti
arahan dari Tuhan dengan aktif menjadi
anggota Sukarelawan di bidang kemanusiaan, tak rugi rasanya saya bisa turut
aktif di organisasi itu, karena banyak sekali pengetahuan yang belum saya
miliki dan hanya bisa saya dapatkan di organisasi itu. Belajar menjadi seorang
manusia yang bisa peduli dengan kondisi sekitar tanpa memikirkan ego pribadi.
Kegiatan pendakian saya itu
menumbuhkan keinginan saya untuk menjadi anggota Mapala. Bagaikan anak kecil
yang tengah belajar berjalan sambil mencari pegangan agar kelak tidak terjatuh.
Itulah gambaran saya saat ini.
Saya pernah mendengar dan
mengenal nama WANADRI dari beberapa teman dan juga melalui media sosial yang
katanya itu adalah kumpulan para pecinta alam yang sudah melalui tahap seleksi
yang memang tidak mudah untuk dapat di laluinya.
Tak sembarang orang bisa
menjadi anggota wanadri, karena seleksinyapun sangat ketat. Banyak persyaratan
yang harus kita penuhi, salah satunya kita harus memiliki fisik yang kuat untuk
mengarungi medan tempur. Sangat menarik.
Terlintas dalam benak saya
untuk bergabung dan mencoba mengikuti seleksi wanadri tersebut. Saya coba mencari
berbagai info tentang wanadri dan sangat kebetulan sekali ketika saya cek di
media sosial ternyata akan ada Pendidikan Dasar Wanadri 2014. Sepertinya kali
ini Tuhan sedang memberi petanda saya untuk mengikuti petunjuk arahnya.Saya
terus menggali informasi tentang PDW 2014 tersebut, mengikuti setiap update
info nya di media sosial dan menghadiri roadshownya yang di adakan di Bandung.
Sebenarnya tekad saya cukup
membara untuk mengikuti PDW ini, namun sedikit berpikir kembali ketika saya
melihat syarat administrasinya yang harus merogoh kocek cukup dalam,karena
sangat tak mungkin rasanya di saat harus meminta orang tua untuk menanggung
semua biaya PDW nanti. Itu keinginan saya dan saya pun harus bisa berjuang
mencari rupiah untuk mengikuti seleksi PDW.Tapi entah mengapa saat itu saya
yakin bisa memenuhi persyaratan administrasi itu dengan menabung.Lupakan
sejenak tentang rupiah.
Saya kembali fokus
mempersiapkan diri dan terus menggali info yang bisa memberi saya wawasan lebih
luas lagi tentang PDW. Mencoba menggali info juga dari teman-teman pendaki yang
memang cukup mengenal wanadri. Rekan-rekan yang saya ajak sharingpun nampaknya
sangat mendukung ketika saya berniat mengikuti seleksi PDW. Bahkan salah satu
rekan sayapun bersedia mempromotekan dan menanggung seluruh biaya PDW nanti
asalkan saya niat dan semangat untuk PDW. Lagi-lagi tuhan memberi jalan untuk
saya.Tawaran yang menarik.
Saya memang tak menolak
tawaran itu, tapi tawaran itu sebenarnya jadi beban saya. Kenapa?? Saya takut
mengecewakan disaat saya tidak lolos seleksi itu. Tapi beliau selalu memberi
saya semangat dan keyakinan untuk tetap berjuang sampai akhir.
Sekarang masih ada hal yang
mengganjal dan memang sangat kita butuhkan untuk berjuang di medan tempur. Izin
orang tua.
Itulah yang membuat saya ragu
untuk melangkah lagi. ”Bagaimana saya
ijinnya? Bagaimana saya meyakini mereka?? Apakah mereka akan memberikan izin
kepada anak perempuannya untuk mengikuti PDW yang memang mayoritas anggotanya
itu adalah laki-laki?”Itulah pertanyaan yang terlintas dalam pikiran saya.Dengan
memberanikan diri saya mencoba meminta izin kepada kedua orang tua saya. Dan
benar dugaan saya mereka tak mengizinkan saya untuk mengikuti PDW.
Sampai-sampai saya beradu
argument dengan papa saya,agar beliau bisa yakin dengan niat saya itu.
"Memang wanadri itu apa? Kegiatannya apa saja?
Kalau hanya mengganggu kuliah lebih baik mundur saja yah!!" Itulah pertanyaan yang terlontar dari mulut papa
saya.
Saya pun mencoba menjawab
semua pertanyaan itu dengan yakin dan berharap bisa meluluhkan hati papa.
"Papa. . Wanadri itu organisasi penempuh rimba
dan penadaki gunung, kegiatannya juga bukan hanya mendaki gunung kok , ada juga
kegiatan pelatihan tim rescue nya dan banyak lagi.Kalo masalah kuliah tenang
aja itu bakal menjadi prioritas kok!!boleh yah ikut pa??" Berucap dengan penug harap
"Sebenarnya papa gak ngijinin putri ikut
PDW,soalnya seleksinya juga ketat dan untuk administrasinya juga papa belum
tentu bisa bantu" Dengan nada
halus seorang ayah yang mencoba menasihati putri (panggilan di rumahnya).
"Kalau masalah administrasinya gak usah di
pikirin pa, insyaalloh putri gak akan ngebebanin papa sama mama kok!!soalnya
semua biaya udah ada yang mau nanggung pa!!" Sahutnya dengan nada membujuk sang ayah dengan sedikit
menjelaskan mengenai tawaran rekannya itu.
"Iya papa ngerti, dari pada kamu ikut PDW lebih
baik putri fokus kuliah dan masa depan aja, katanya putri kan mau cepet lulus
dan lanjut S2 bukan?" Mulai
mengalihkan fokus pembicaraan.
Tak terdengar suara dari anak
perempuan itu, hanya terdengar tarikan nafas yang berat seperti tengah menahan
haru yang sudah tak sanggup lagi di pendamnya.
"Hallo.. halloo. .??putri??" Dari ujung telepone ayahnya terus memanggilnya
"Iya hallo.." Ujarnya sambil terisak haru dengan mata-mata berkaca-kaca
anak perempuan itu mencoba tegar.
"Putri kenapa diem?" Sang ayahpun kembali bertanya
"Putri cuma pengen papa ngijinin putri ikut PDW ,
itu juga kan salah satu mimpi putri di masa depan. ." Nampaknya air mata yang tak sanggup lagi tertahan
kini mulai menetes seraya mengiringi setiap tutur kata yang keluar dari
mulutnta yang bergetar
"Jangan nangis gitu. . Papa jadi ikut sedih. Masa
pecinta alam nangis sih?!" Sang
ayah coba menghibur anak perempuannya.
"Iya lagian papa nya gak ngijinin sih. Papa
percaya aja sama putri yah, papa gak akan pernah nyesel kok ngasih ijin sama
putri buat ikut PDW.iya pa??"
"Papa gak ngelarang putri ikut, tapi papa gak mau
kegiatan wanadri nanti kedepannya nge ganggu waktu kuliah kamu"Sang ayah kembali menegaskan kepada anak perempuannya
yang sedikit keras kepala atas keinginannya.
"Insyaalloh gak akan ganggu kuliah kok pa, tapi
putri pengennya papa ngijinin biar semuanya bisa lancar"
"Kalau putri yakin sama keputusannya dan gak akan
ganggu kuliah silahkan saja ikut"
Dan akhirnya Hati ayahnya pun luluh juga
"Beneran iya pa??" Putri terkejut dengan keputusan akhir dari ayahnya
"Iya. . Asal prioritaskan kuliah yah? Dan jangan
lupa bilang ke mama juga yah??"ayah
kembali menekankan nasihatnya.
"Iya pasti pa, terima kasih pa. ." Nada haru bahagia pun sangat terasa keluar dari mulut
anak perempuan itu.
Kau tahu rasanya senang yang
tak tertahankan.itulah yang tengah saya rasakan ketika sang ayah sudah memberi
izin, tapi belum sempurna rasanya jika saya belum mengantongi izin sang ibu.
Sebenarnya di saat saya
meminta izin kepada papa saya itupun sekaligus memberi kabar kepada mama saya,
namun pada saat itu belum ada respon dari mama saya, mungkin pada saat itu mama
saya masih berpikir untuk memberikan izin atau tidak kepada anaknya.Positive
thinking.
Tapi tak berhenti di situ
saja saya coba menghubungi kembali mama saya dan tak jauh beda dengan nasihat
dari papa saya "Itu kegiatannya
mengganggu kuliah gak??" Itulah pertanyaan yang sama terlontar dari
mulut sang ibu.
Masih dengan jawaban yang
sama sayapun coba meminta izin dan menjelaskan secara hati-hati untuk meyakini
beliau supaya memberi izin untuk saya mengikuti PDW.
Membujuk dengan berbagai cara
dan akhirnya sang ibu pun memberikan izin kepada anak perempuannya
itu.Akhirnya.
Sebenarnya kalau mama saya
tak akan terlalu sulit untuk memberi izin, karena beliau sudah mengerti dengan
hobby saya dan beliau tak terlalu membatasi hobby anak perempuannya yang
terkadang sedikit ekstrem.Terima kasih untuk papa dan mama yang sudah
mensupport.
Sempurna sudah bekal saya
dalam hal perizinan.Dulu saya pernah berniat kalau memang orang tua tak memberi
izin saya akan balik kanan dan dengan berat hati melupakan PDW yang merupakan
impian saya,tapi sepertinya Tuhan masih sayang kepada hambanya yang satu ini
dengan selalu memberikan kemudahan dalam setiap langkah menuju PDW 2014 nanti.
Saya memang percaya dengan adanya izin orang tua semuanya akan berjalan lancar
, karena ridho orang tua lah yang menentukan semuanya.Percayalah.
Orang tua yang menjadi pondasi
kita sebagai anak untuk dapat melangkah di perjalanan kehidupan dunia, setiap
rintangan kehidupan kita memerlukan tumpuan untuk bertahan dan supaya bisa
berlindung di kala rintangan mulai tak bersahabat. Tapi percayalah ketika orang
tua merestui kita untuk berjuang dalam hal apapun, Perlindungan Tuhanpun akan
seraya menyertai kita.
Terima kasih untuk kedua
orang tuaku tersayang. .
Do’akan anakmu agar selalu
berjuang !!!
Bagaimana cara membagi waktunya sebagai mahasiswi (kuliah) dan anggota wanadri ka? Apakah mengganggu kuliah atau bagaimana?
BalasHapus