Edisi Menyepi di Bali
Memutuskan untuk mencoba mengenal hal baru.
Iya, beberapa hari lalu dapat kesempatan untuk melewati hari besar dan spesial bagi warga bali
Menyaksikan malam pengerupukan dengan turut menonton berbagai ogoh-ogoh yang di pawaikan.
Apa sih pengerupukan?
Tradisi yang masih bertahan di daerah Bali. Diadakan sebelum perayaan Nyepi, pada saat itu, akan ada banyak Ogoh-ogoh yang turun ke jalan-jalan di Bali.
Tradisi Ngerupuk adalah hari yang jatuh pada “Tilem Sasih Kesanga” (bulan mati yang ke-9)
Terus apa sih ogoh-ogoh?
Ogoh-ogoh itu berdasarkan info yang di dapat adalah
karya seni patung dalam kebudayaan Bali yang menggambarkan kepribadian Bhuta Kala. Dalam ajaran Hindu Dharma, Bhuta Kala merepresentasikan kekuatan (Bhu) alam semesta dan waktu (Kala) yang tak terukur dan tak terbantahkan.
Jadi di malam pengerupukan kita ada kesempatan untuk menonton arak-arakan ogoh-ogoh dari segala tingkatan masyarakat, mulai dari masing-masing keluarga, banjar, desa ataupun kecamatan.
Kita akan merasa terpukau betapa kayaknya budaya indonesia dan seberapa hebatnya para seniman dan warga bali yang membuat ogoh-ogoh itu.
Belum lagi, nilai kebersamaan dan gotong royongnya untuk bisa menghasilkan karya yang mengagumkan dari tiap perwakilannya.
Kegiatan tersebut biasanya di mulai dari jam 5 sore setempat, sampai selesai menjelang jam 4 pagi. Dan dilakukan di beberapa titik pusat wilayah Bali.
Menikmati menonton ogoh-ogoh, kita harus rela berjalan kaki, berdiri lama, berdesakan di kerumanan agar bisa melihatnya secara dekat.
Semakin dekat, maka semakin terpukaulah kita dengan semua karya yang ada di depan mata.
Seperti sedang menikmati pesta rakyat besar, yang semua warga nya terlibat tanpa terkecuali.
Menari sambil memanggul bambu di atas bahu dan harus menyesuaikan gerakan dengan ketukan musik agar bisa terbentuk gerakan serentak dan membuat ogoh-ogohnga seolah bergerak dan menari sesuai ketukan musiknya.
Se-Bali akan menikmati hiburan itu sebelum besoknya merayakan hari Nyepi. Iya Nyepi.
Hidup tanpa cahaya, api, aktivitas rutin dan keluar rumah, terkadang sinyal provider pun hilang, operasional ATM pun bisa saja di hentikan.
Iya, kita harus berdiam dalam rumah dengan kondisi seadanya, sambil mesyukuri apa yang kita punya dan tidak boleh keluar rumah.
Menjelang nyepi semua pertokoan dll akan tutup dan tidak beroperasi. Jadi biasanya warga bali mulai H-1 akan memenuhi kebutuhan nyepi dengan belanja kebutuhannya, agar tetap bisa aman tinggal di dalam rumah saja.
Seolah di berikan jeda waktu untuk merenung ketika hari nyepi itu tiba. Kita di haruskan untuk coba mengenali diri kita dan berbincang secara mendalam dengan hati dna pikiran kita.
Ternyata betul adanya, Ketenangan bisa kita dapatkan saat kita menyepi dan sendiri untuk mensyukuri apa yang sudah Tuhan beri.
Terima kasih sudah bisa berkesempatan untuk mengalami dan menikmati budaya baru di tempat baru.
Adegan ini boleh di tiru kok!
Komentar
Posting Komentar